Setiapmanusia yang Allah cipta sentiasa akan diberi musibah, ujian atau masalah hidup didunia yang sementara ini. Tipu jika seseorang itu berkata yang dia tidak pernah ditimpa musibah. Setiap orang ada masalahnya tersendiri, Allah uji dengan berbagai-bagai ujian tetapi sebabnya adalah sama. Hadapi setiap ujian yang mendatang dengan tenang.. Kasus2 : KITA masih ingat dengan materi hari kemarin yaitu "Musibah Antara Ujian Dan Adzab dari Allah SWT". Bagi orang beriman setelah memahami begitu yakinnya bahwa Musibah adalah ujian dan takdir Allah. Hal ini perlu kita tanamkan dalam keyakinan kita bahwa ujian dan cobaan adalah tanda kasih sayang Allah pada hamba-Nya yang beriman. Kitaharus percaya bahwa Allah tidak menciptakan sesuatu secara sia-sia karena Allah Maha Bijaksana. Keimanan seseorang akan bertambah setelah ia mengalami cobaan. Maka orang tidak bisa dikatakan beriman ketika orang itu belum dicoba keimanannya dengan cobaan. OrangBeriman Selalu Mendapatkan Ujian Allah Apakah Kamu Pernah Mengalami Jelaskanorang Beriman Selalu Mendapatkan Ujian Allah Apakah Kamu Pernah Mengalami Jelaskan Jawaban: #1: Jawaban: makhluk Allah memang makhluk yang lemah. Allah dapat munguji mereka agar mereka bersabar dan ikhlas menjalani masalah yang dihadapinya. Penjelasan: Akhirnya jika sahabat adalah benar orang beriman, maka jangan pernah lari dari ujian Allah. Berbahagialah jika ujian Dia masih menyertai kehidupan Anda, masih menemani perjuangan Anda, karena itu adalah tanda cinta dari-Nya. Jadikan ujian dari-Nya sebagai sahabat terindah dalam hidup dan kehidupan Anda. Jikaia sangat kukuh dan kuat dalam agamanya, sangat kuat pula ujian kepadanya dan jika lemah agamanya, diuji pula oleh Allah sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikianlah bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan dimuka bumi tanpa dosa apa pun. (HR. Turmudzi) Kalaudirangkum dalam poin-poin sederhana yang mungkin urutannya abstrak, kondisi / cara berdoa yang kita berharap dikabulkan terbaik: Berprasangka baik, bersabar dan berpengharapan hanya terhadap Tuhan, apapun yang berjalan sesuai kehendakNya adalah yang terbaik, baik yang sudah berlalu maupun yang akan datang, manis dan sedihnya. Tidakada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya.—— 8gGef. loading...Ujian sebagai ciri disayang Allah Taala, bisa dalam bentuk musibah atau kebahagiaan, agar manusia senantiasa selalu bersyukur dan taat kepasaNya. Foto ilustrasi/ist Muslimah, sejatinya Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan ujian kepada manusia untuk melihat seberapa besar kemampuan manusia dalam menjalani dan melewati permalahan hidup tersebut. Ibarat sebuah ujian di sekolah, dimana guru memberikan lembar soal ujian yang bertujuan agar siswa mampu memecahkan permasalahan, kemudian hasilnya akan dinilai oleh guru hingga di akhir semester. Hal tersebutpun sama dengan ujian hidup, Allah SWT memberikan ujian kepada manusia untuk mengetahui setiap kemampuan hamba-hamba-Nya dalam memecahkan permasalahan hidup, baik masalah harta, anak, keluarga, tempat kerja , ataupun masalah-masalah lainnya. Baca Juga Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Dan sungguh, Kami benar-benar menguji kalian dengan sedikit dari rasa takut, lapar, krisis moneter, krisis jiwa dan krisis kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, Innalilahi wa ina ilaihi rajiun Kami milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kami akan kembali’. Mereka lah orang-orang yang mendapatkan keberkahan dan kasih sayang dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk,” QS. Al Baqarah 155-157.Bahkan Nabi Shallallahau alaihi wa sallam bersabda “Sungguh, besarnya pahala bersamaan dengan besarnya cobaan. Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rela, maka baginya ridha-Nya, dan barang siapa yang benci, maka ia akan mendapatkan kebencian-Nya,” HR. At Tirmidzi. Baca Juga Mengutip beberapa sumber, ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil pelajaran apabila kita ditimpa musibah atau ujian hidup, di antaranya1. Berdasarkan hadis Nabi SAW diatas yang berbunyi, “…Apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. ..”. Maka hal ini menandakan bahwa setiap ujian manusia terima adalah sebagai wujud kasih sayang Allah SWT kepada Dengan adanya ujian hidup membuat diri kita semakin bersabar. Sebagaimana dalam firman Allah SWT “Adakah kalian mau bersabar?”,QS. Al Furqon 20. Artinya bahwa Allah memberikan ujian itu ingin melatih kebiasaan kita agar belajar Melatih kita untuk belajar bersyukur. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah SWTوَاِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕنۡ شَكَرۡتُمۡ لَاَزِيۡدَنَّـكُمۡ‌ وَلَٮِٕنۡ كَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِىۡ لَشَدِيۡدٌ‏"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat beraQS. Ibrahim 7. Baca Juga Sedangkan tanda-tanda ketika manusia diberi ujian sebagai tanda kasih sayang Allah kepadanya, antara lain1. Mendapat cobaan dan musibahJangan berpikir bahwa hamba yang diberikan cobaan terus menerus artinya Allah membencinya. Justru hamba yang diberikan kesenangan dan harta melimpah secara tidak langsung juga diuji. Padahal ujian yang lebih sulit sebenarnya adalah menjaga titipannya seperti halnya harta. Hal ini dijelaskan dalam firman – Nya surat Al Anbiya ayat 35, penjelasannya sebagai berikut “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan yang sebenar-benarnya. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” al – Anbiya’ 352. Terjaga dari kehidupan duniaAllah akan senantiasa menjaga hamba – hamba – Nya yang beriman dan bertakwa di dunia. Tidak akan membiarkan terjerumus dalam kemaksiatan. Dan selalu menjaga hamba tersebut dengan ketentraman dan juga ketenangan hati. Baca Juga 1, 2. Perubahan apa terjadi di mana-mana sejak zaman Nuh, dan apa pengaruhnya atas Abram? ABRAM memandang ke atas, tatapannya terpaku pada menara zigurat yang menjulang megah di kota asalnya, Ur. * Ada suara ingar-bingar di atas sana, dan asap mengepul darinya. Imam-imam dewa bulan lagi-lagi sedang mempersembahkan korban. Bayangkan Abram berpaling dan menggelengkan kepalanya, sambil mengerutkan dahi. Seraya berjalan pulang melewati kerumunan orang di jalan, ia mungkin memikirkan penyembahan berhala yang merajalela di Ur. Noda penyembahan yang bejat itu benar-benar telah menyebar ke mana-mana sejak zaman Nuh! 2 Nuh meninggal hanya dua tahun sebelum Abram dilahirkan. Ketika Nuh dan keluarganya keluar dari bahtera setelah Air Bah, sang patriark mempersembahkan korban kepada Allah Yehuwa, yang kemudian memunculkan pelangi. Kej. 820; 912-14 Pada saat itu, satu-satunya ibadat di dunia adalah ibadat sejati. Tetapi sekarang, ketika generasi kesepuluh dari Nuh telah menyebar ke berbagai penjuru bumi, ibadat sejati menjadi sesuatu yang langka. Orang di mana-mana menyembah dewa-dewi kafir. Bahkan bapak Abram, Terah, terlibat dalam penyembahan berhala, mungkin membuat berhala.​—Yos. 242. Bagaimana Abram sampai menjadi teladan iman yang luar biasa? 3. Seraya Abram dewasa, apa yang membuatnya semakin berbeda, dan apa pelajarannya bagi kita? 3 Abram berbeda dengan mereka. Seraya bertumbuh dewasa, ia semakin terlihat berbeda karena imannya. Bahkan, rasul Paulus belakangan diilhamkan untuk menyebutnya ”bapak dari semua orang yang memiliki iman”! Baca Roma 411. Mari kita perhatikan bagaimana Abram menjadi pria seperti itu. Dengan demikian, kita juga bisa banyak belajar tentang cara menumbuhkan iman. Melayani Yehuwa dalam Dunia Pasca-Air Bah 4, 5. Abram mungkin belajar tentang Yehuwa dari siapa, dan mengapa kita bisa mendapat kesimpulan itu? 4 Bagaimana Abram sampai bisa mengenal Allah Yehuwa? Kita tahu bahwa Yehuwa memiliki hamba-hamba yang setia di bumi kala itu. Salah satunya adalah Sem. Walaupun bukan anak sulung Nuh, ia selalu disebutkan pertama. Itu kemungkinan karena Sem memiliki iman yang sangat besar. * Beberapa lama setelah Banjir itu, Nuh menyebut Yehuwa sebagai ”Allah Sem”. Kej. 926 Sem merespek Yehuwa dan ibadat sejati. 5 Apakah Abram mengenal Sem? Kemungkinan begitu. Bayangkan Abram sewaktu kecil. Betapa terpesonanya dia ketika mengetahui bahwa dia memiliki leluhur yang masih hidup yang usianya lebih dari empat abad! Sem telah melihat sendiri kejahatan dunia sebelum Banjir, lalu Air Bah yang membersihkan bumi, serta terbentuknya bangsa-bangsa pertama seraya umat manusia bertambah banyak, dan juga masa-masa kelam pemberontakan Nimrod di Menara Babel. Sem yang setia tidak ikut-ikutan dalam pemberontakan itu, jadi ketika Yehuwa mengacaukan bahasa para pembangun menara itu, Sem dan keluarganya terus menggunakan bahasa asli manusia, yaitu bahasa yang Nuh gunakan. Keluarga Sem mencakup Abram. Jadi, pastilah sejak kecil Abram sangat merespek Sem. Terlebih lagi, Sem masih hidup selama sebagian besar masa hidup Abram yang panjang. Jadi, Abram kemungkinan belajar tentang Yehuwa dari Sem. Abram meninggalkan Ur yang penuh penyembahan berhala 6. a Bagaimana Abram menunjukkan bahwa ia menarik pelajaran yang sangat berharga dari Air Bah? b Kehidupan seperti apa yang Abram dan Sarai jalani? 6 Yang pasti, Abram menarik pelajaran yang sangat berharga dari Air Bah. Ia berusaha untuk berjalan dengan Allah, seperti Nuh berjalan dengan Allah. Itulah sebabnya Abram menolak penyembahan berhala dan menjadi beda dengan orang lain di Ur, mungkin bahkan dengan keluarganya. Tetapi, ia akhirnya menemukan teman hidup yang hebat. Ia menikahi Sarai, seorang wanita yang tidak hanya sangat cantik parasnya, tetapi juga besar imannya kepada Yehuwa. * Walau tidak punya anak, pasangan itu pasti menemukan banyak sukacita dalam melayani Yehuwa bersama-sama. Mereka juga membesarkan keponakan Abram yang yatim piatu, Lot. 7. Pengikut Yesus perlu meniru Abram. Bagaimana caranya? 7 Abram tidak pernah meninggalkan Yehuwa demi menyembah berhala kota Ur. Ia dan Sarai bersedia tampil beda dengan komunitas penyembah berhala di sana. Apabila kita ingin mengembangkan iman yang sejati, kita juga perlu melakukan hal yang sama. Kita harus bersedia tampil beda. Yesus mengatakan bahwa pengikutnya ”bukan bagian dari dunia” sehingga dunia akan membenci mereka. Baca Yohanes 1519. Apabila Saudara pernah merasa pedih karena ditolak oleh anggota keluarga atau masyarakat karena keputusan Saudara untuk melayani Yehuwa, ingatlah bahwa Saudara tidak sendirian. Saudara sudah mengikuti contoh baik Abram dan Sarai yang juga melayani Allah dengan iman. ”Keluarlah dari Negerimu” 8, 9. a Pengalaman tak terlupakan apa yang Abram alami? b Apa pesan Yehuwa kepada Abram? 8 Suatu hari, Abram mendapat pengalaman yang tak terlupakan. Ia menerima pesan dari Allah Yehuwa! Alkitab hanya menyediakan sedikit keterangan, tetapi dikatakan bahwa ”Allah kemuliaan” menampakkan diri di hadapan pria beriman ini. Baca Kisah 72, 3. Mungkin dengan perantaraan malaikat, Abram melihat sekilas kemuliaan yang luar biasa dari Pribadi Yang Berdaulat di alam semesta. Kita bisa bayangkan betapa senangnya Abram ketika melihat perbedaan antara Allah yang hidup dan berhala tak bernyawa yang disembah orang-orang kala itu. 9 Apa pesan yang Yehuwa berikan kepada Abram? ”Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu.” Yehuwa tidak mengatakan negeri mana yang Ia maksudkan​—Ia hanya akan menunjukkannya kepada Abram. Tetapi, pertama-tama, Abram harus meninggalkan negeri asal dan kerabatnya. Dalam kebudayaan Timur Tengah kuno, keluarga sangatlah penting. Jika seorang pria meninggalkan kerabatnya dan pindah ke tempat yang jauh, hal itu sering dianggap sebagai nasib buruk. Bagi beberapa orang, itu lebih buruk daripada kematian! 10. Mengapa tindakan Abram dan Sarai untuk meninggalkan rumah mereka di Ur bisa disebut suatu pengorbanan? 10 Meninggalkan negeri asalnya menuntut pengorbanan. Ur tampaknya adalah kota yang sibuk dan kaya. Lihat kotak ” Kota yang Abram dan Sarai Tinggalkan”. Penggalian telah membuktikan bahwa rumah-rumah yang sangat nyaman terdapat di Ur zaman dahulu; beberapa rumah memiliki belasan kamar untuk keluarga dan pelayan, semuanya mengelilingi halaman dalam yang berlantai batu. Fasilitas yang umumnya tersedia adalah air mancur, kamar mandi, dan tempat pembuangan limbah. Selain itu, ingatlah bahwa Abram dan Sarai sudah tidak muda lagi; Abram mungkin berusia 70-an, dan Sarai 60-an. Abram tentu ingin agar kehidupan Sarai nyaman dan terurus​—keinginan semua suami yang baik bagi istrinya. Bayangkan percakapan mereka tentang tugas ini, berbagai pertanyaan dan kekhawatiran yang mungkin muncul dalam hati mereka. Abram pasti sangat senang ketika Sarai menyanggupi tantangan ini! Seperti Abram, ia juga rela meninggalkan kenyamanan di rumah. 11, 12. a Persiapan dan keputusan apa saja yang perlu dibuat sebelum meninggalkan Ur? b Bagaimana kita membayangkan pagi keberangkatan itu? 11 Karena keputusan telah dibuat, ada banyak hal yang harus dilakukan Abram dan Sarai. Banyak sekali yang harus dikemas dan diatur. Apa yang akan mereka bawa dalam perjalanan ke tempat yang tidak diketahui itu, dan apa yang akan mereka tinggalkan? Tetapi, yang lebih penting, bagaimana dengan orang-orang dalam kehidupan mereka? Apa yang akan mereka lakukan dengan Terah yang sudah lanjut usia? Mereka memutuskan untuk membawa dia dan mengurusnya selama sisa hidupnya. Karena kisahnya menceritakan bahwa Terah, sebagai patriark, membawa keluarganya keluar dari Ur, maka bisa dikatakan ia setuju untuk pergi bersama mereka. Tidak diragukan, ia juga pasti sudah meninggalkan penyembahan berhala. Keponakan Abram, Lot, juga akan menemani para pengembara ini.​—Kej. 1131. 12 Akhirnya, pagi keberangkatan pun tiba. Bayangkan rombongan kafilah berkumpul di luar tembok kota dan parit Ur. Bayangkan unta-unta dan keledai-keledai sudah dimuati barang, ternak sudah dikumpulkan, keluarga dan pelayan sudah berkumpul di posisi mereka. * Dan, sekarang mereka bersemangat untuk segera berangkat. Mungkin semua memerhatikan Abram, menunggu aba-aba darinya untuk pergi. Akhirnya, saat itu pun tiba dan mereka berangkat, meninggalkan Ur untuk selamanya. 13. Bagaimana banyak hamba Yehuwa dewasa ini menunjukkan semangat seperti Abram dan Sarai? 13 Dewasa ini, banyak hamba Yehuwa memutuskan untuk pindah ke negeri yang membutuhkan lebih banyak pemberita Kerajaan. Yang lain memutuskan untuk mempelajari bahasa baru agar bisa meluaskan pelayanan. Atau, mereka memutuskan untuk mencoba metode pengabaran yang belum pernah mereka coba atau tidak nyaman bagi mereka. Keputusan seperti itu biasanya membutuhkan pengorbanan​—kerelaan untuk melepaskan kenyamanan materi sampai taraf tertentu. Betapa baiknya semangat itu, dan benar-benar mirip dengan semangat yang ditunjukkan Abram dan Sarai! Jika kita menunjukkan iman yang sama, kita bisa yakin bahwa apa yang Yehuwa berikan kepada kita akan selalu lebih banyak daripada apa yang kita berikan kepada-Nya. Ia tidak pernah lupa mengupahi iman hamba-Nya. Ibr. 610; 116 Apakah itu yang Ia lakukan bagi Abram? Menyeberangi Sungai Efrat 14, 15. Jelaskan seperti apa perjalanan dari Ur ke Haran, dan mengapa Abram mungkin memutuskan untuk menetap di Haran untuk sementara waktu? 14 Rombongan kafilah itu akhirnya terbiasa dengan rutinitas perjalanan. Kita bisa bayangkan Abram dan Sarai yang kadang berjalan kaki dan kadang menunggangi binatang. Percakapan mereka diselingi denting lonceng dari kekang binatang. Lambat laun, pengembara yang kurang berpengalaman itu pun menjadi lebih terampil dalam memasang dan membongkar kemah serta membantu Terah yang sudah tua duduk dengan nyaman di atas unta atau keledai. Mereka terus bergerak ke arah barat laut, menyusuri lengkungan besar Sungai Efrat. Hari-hari menjadi minggu-minggu, dan pemandangan pun silih berganti. 15 Akhirnya, setelah menempuh perjalanan sejauh kira-kira 960 kilometer, mereka sampai di pondok-pondok berbentuk sarang lebah di Haran, sebuah kota makmur di persimpangan rute perdagangan Timur-Barat. Di sana, keluarga itu berhenti, dan di sana, mereka menetap untuk sementara waktu. Kemungkinan, Terah sudah terlalu lemah untuk melanjutkan perjalanan. 16, 17. a Abram senang karena perjanjian apa? b Bagaimana Yehuwa memberkati Abram selama ia menetap di Haran? 16 Akhirnya, Terah meninggal pada usia 205. Kej. 1132 Abram merasa sangat terhibur pada saat-saat berduka tersebut karena Yehuwa sekali lagi berbicara kepadanya. Allah mengulangi perintah yang Ia nyatakan di Ur dan memperjelas janji-janji-Nya. Abram akan menjadi ”bangsa yang besar”, dan semua keluarga di bumi akan memperoleh berkat melalui dia. Baca Kejadian 122, 3. Abram senang mendengar perjanjian yang Allah buat ini dan sadar bahwa sekaranglah saat untuk melanjutkan perjalanan. 17 Tetapi, kali ini ada lebih banyak yang harus dikemas karena Yehuwa telah memberkati Abram selama ia menetap di Haran. Kisahnya menyebutkan ”semua barang yang telah mereka kumpulkan serta jiwa-jiwa yang mereka peroleh di Haran”. Kej. 125 Agar menjadi sebuah bangsa, Abram membutuhkan banyak sumber daya materi dan hamba-hamba​—sebuah rumah tangga yang besar. Yehuwa tidak selalu membuat hamba-Nya kaya, tetapi memberi mereka hal-hal yang mereka butuhkan untuk melakukan kehendak-Nya. Karena merasa dikuatkan, Abram membawa rombongan kafilah itu menuju ke tempat yang tidak ia ketahui. Abram dan Sarai harus menghadapi berbagai tantangan karena meninggalkan kehidupan mereka yang nyaman di Ur 18. a Kapan Abram mengalami peristiwa yang sangat penting dalam sejarah hubungan Allah dengan umat-Nya? b Kejadian penting apa lagi yang belakangan terjadi pada 14 Nisan? Lihat kotak ” Tanggal yang Penting dalam Sejarah Alkitab”. 18 Setelah menempuh perjalanan beberapa hari dari Haran, mereka sampai di Karkhemis, tempat yang biasa dilalui oleh rombongan kafilah untuk menyeberangi Efrat. Kemungkinan, di lokasi inilah Abram mengalami peristiwa yang sangat penting dalam sejarah hubungan Allah dengan umat-Nya. Abram tampaknya membawa rombongannya menyeberangi sungai itu pada hari ke-14 dari bulan yang belakangan disebut Nisan, pada 1943 SM. Kel. 1240-43 Di sebelah selatan, terdapat negeri yang telah Yehuwa janjikan kepada Abram. Pada hari itu, perjanjian Allah dengan Abram mulai berlaku. 19. Janji Allah kepada Abram menyebutkan apa, dan itu bisa jadi mengingatkan Abram akan apa? 19 Abram bergerak ke arah selatan negeri itu, dan rombongan kafilah itu berhenti dekat pohon-pohon besar More, dekat Syikhem. Di sana, Abram sekali lagi menerima pesan dari Yehuwa. Janji Allah kali ini menyebut tentang benih Abram, atau keturunannya, yang akan menguasai negeri itu. Apakah Abram teringat akan nubuat yang Yehuwa utarakan di Eden, sehubungan ”benih”, atau keturunan, yang suatu hari nanti akan menyelamatkan umat manusia? Kej. 315; 127 Mungkin saja. Ia sepertinya mulai melihat, walaupun samar-samar, bahwa ia adalah bagian dari tujuan agung Yehuwa. 20. Bagaimana Abram memperlihatkan penghargaan atas hak istimewa yang Yehuwa berikan kepadanya? 20 Abram sangat menghargai hak istimewa yang Yehuwa berikan kepadanya. Seraya menjelajahi negeri itu​—tentu dengan hati-hati karena negeri itu masih dihuni oleh orang Kanaan—​Abram membangun mezbah bagi Yehuwa, pertama di dekat pohon-pohon besar More, kemudian di dekat Betel. Ia menyerukan nama Yehuwa, kemungkinan menyatakan rasa terima kasihnya yang sepenuh hati kepada Allah sambil memikirkan masa depan keturunannya. Kemungkinan, ia juga mengabar kepada orang-orang Kanaan di sekitarnya. Baca Kejadian 127, 8. Tentu saja, tantangan-tantangan besar atas iman Abram masih akan muncul dalam kehidupannya. Dengan bijaksana, Abram tidak melihat ke belakang, ke rumah dan kenyamanan yang ia tinggalkan di Ur. Ia melihat ke depan. Ibrani 1110 mengatakan tentang Abram, ”Ia menantikan kota yang mempunyai fondasi yang tetap, kota yang dibangun dan dibuat oleh Allah.” 21. Berapa banyak pengetahuan kita akan Kerajaan Allah dibanding Abram, dan Saudara termotivasi untuk melakukan apa? 21 Kita yang melayani Yehuwa sekarang sudah tahu lebih banyak daripada Abram tentang kota kiasan itu​—Kerajaan Allah. Kita tahu bahwa Kerajaan itu sudah berkuasa di surga dan akan segera mengakhiri sistem dunia ini, dan kita tahu bahwa Benih Abram yang telah lama dijanjikan, Yesus Kristus, sekarang memerintah di Kerajaan itu. Benar-benar suatu hak istimewa jika kita bisa menyaksikan saat ketika Abraham hidup kembali dan akhirnya memahami tujuan ilahi yang dulu hanya ia lihat secara samar-samar! Maukah Saudara menyaksikan Yehuwa memenuhi setiap janji-Nya? Maka, penting sekali jika Saudara terus melakukan apa yang Abram lakukan. Tunjukkan semangat rela berkorban, ketaatan, dan penghargaan yang dalam atas hak istimewa yang Yehuwa berikan kepada Saudara. Tirulah iman Abram. Dengan demikian, ”bapak dari semua orang yang memiliki iman” ini juga bisa menjadi bapak Saudara! “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”Al- Qur’an telah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW menjadi teladan yang baik. Patut dicontoh dan ditiru sikap hidup serta perjuangannya. Perjalanan dan riwayat Nabi Muhammad SAW perlu dipelajari untuk dijadikan contoh teladan oleh umat manusia pada umumnya dan oleh kaum muslimin pada khususnya. Beliau telah memperlihatkan sikap dan tindakan berani dalam perjuagan mengembangkan dan mempertahankan agama, terutama dalam menghadapi saat-saat yang genting. Dengan penuh kesadaran beliau melalui peristiwa-peristiwa dan pengalaman pahit dengan tiada mengenal mundur atau berhenti separuh jalan. Semoga lantunan shalawat selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad dengan sikap hidup dan akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan beliau, ketika ditanyakan kepada Aisyah istri Nabi, dijawabnya dengan singkat dan tepat, bahwa akhlak beliau adalah Al-Qur’an, segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan dalam Al-Qur’an berkenaan pada diri dibandingkan dengan umat muslim sekarang, khususnya di Negara kita Indonesia, akhlak merupakan hal yang paling minim yang dimiliki oleh umat Islam. Lihat saja, begitu banyak orang Islam yang ber-KTP Islam, namun pada kenyataannya ia adalah perampok, pencuri, NAPI, koruptor, dan sejenisnya. Di sisi lain, Al-Qur’an terkadang menjadi kitab suci yang tersimpan rapi di dalam lemari, hampir tak tersentuh sama sekali. Lalu, apakah yang menyebabkan umat Islam di zaman sekarang seperti itu? Apakah cerita-cerita dan kejadian masa lalu Nabi Muhammad SAW tidak teramalkan di zaman sekarang? Atau malah metode-metode pendidikan keteladanan yang salah atau tidak tepat?Baiklah. akan bahas tuntas bacaan Surah Al-Ahzab ayat 21 latin beserta terjemahan dan tafsirnya. Silakan disimakBacaan Surah Al-Ahzab Ayat 21 Latin Beserta TerjemahannyaBerikut bacaan Surah Al-Ahzab ayat 21 latin beserta terjemahannya. Silakan dicermati dengan seksama untuk kemudian dihapalkan Penyemangat telah menyiapkan bacaan latin lengkap dengan panjang pendek bacaan. Adapun bila ditemukan huruf "a" yang dobel menjadi "aa" artinya bacaan tersebut memiliki panjang 2 كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا [ الأحزاب21]Bacaan latinLaqod kaana lakum fii rosulillahi uswatun hasanah. Liman' kaana yarjullaahi walyaumal akhiri wa dzakarallaaha telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al Ahzab21]Tafsir Kata-kata Penting dan Munasabah QS Al-Ahzab Ayat 21Tafsir MufradatDalam Tafsir Al-Misbah goresan Quraish Shihab, Ayat ini dikatakan sebagai kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan agama Islam. Kecaman itu didasarkan pada kata laqad. Seakan-akan ayat itu menyatakan “Kamu telah melakukan aneka kedurkahaan, padahal sesungguhnya di tengah kamu semua ada Nabi Muhammad SAW yang mestinya kamu teladani”.Syahdan, Kalimat liman kana yarju Allah wa-al yaum al-akhir/ bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Kiamat berfungsi sebagai penjelas sifat orang-orang yang mestinya meneladan Rasulullah SAW. Untuk meneladan Rasulullah SAW secara sempurna diperlukan kedua hal yang disebut ayat di atas. Demikian juga dengan zikir kepada Allah dan selalu mengingat-Nya. Kata uswah atau iswah berarti teladan. Pakar tafsir, az-Zamakhsyari, ketika menafsirkan ayat di atas, mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasul itu. Pertama, arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani. Pendapat pertama lebih kuat dan banyak dipakai oleh para ulama. Kemudian, ada pula kata fi yang tertuang dalam firman Allah, fi rasulillah yang berfungsi “mengangkat” dari diri Rasul satu sifat yang hendaknya diteladani, tetapi yang diangkatnya adalah Rasulullah SAW sendiri dengan seluruh totalitas AyatMasih dari Quraish Shihab, dalam ayat sebelumnya, Allah telah melukiskan kaum munafik dengan menyatakan mereka mengira karena demikian besar rasa takut mereka. Bahwa pasukan koalisi, yakni kaum musyrikin Mekkah yang bersekutu itu, belum pergi meninggalkan kota Yasrib. Padahal sejatinya mereka telah pergi; dan seandainya jika pasukan koalisi itu datang kembali, niscaya mereka karena sedemikian penakut sangat ingin berusaha keras berada di bergerak bersama-sama orang Badwi sambil setiap saat menanyakan tentang berita-berita untuk memata-matai atau berpura-pura memberi perhatian terhadap kaum muslimin. Mereka tidak akan berperang bersama kaum muslimin kecuali sedikit, yakni sebentar saja yang sama sekali tiada Ayat QS Al-Ahzab Ayat 21 Tentang Metode Keteladanan ala Nabi Muhammad SAWKeteladananSecara Ijmaliy, penggalan ayat di atas berisikan bahwa teladan yang baik bagi manusia itu benar-benar ada dan telah ada, yaitu pada diri Rasululah SAW. Jika kita menyelami teladan itu aplikasinya seperti apa, maka akan banyak pemaparan terkait teladan itu sendiri. Kalimat suri teladan tidak semata-mata hanya diartikan sebagai contoh yang baik, namun bisa diartikan menurut pemahaman yang bermacam-macam, di antaranyaMenurut Imam Jalallain, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian” dapat dibaca iswatun dan uswatun. Hasanah yang baik untuk diikuti dalam hal berperang dan keteguhan serta kesabarannya, yang masing-masing diterapkan pada gagasan tersebut, dapat kita ambil kata keteguhan dan kesabaran. Itu adalah salah satu teladan yang patut ditiru. Jika di masa Rasullullah dikatakan bahwa keteguhan dan kesabaran Rasulullah itu baik menjadi teladan di saat berperang, di masa kita sekarang ini keteguhan dan kesabaran dapat diaplikasikan terhadap banyak hal. Misalnya, kita belajar untuk teguh dalam pendirian, khususnya memegang erat Islam dan sabar dalam menerima ujian-ujian dari Allah bentuk dan di manapun ujian atau cobaan tersebut tidak sampai menyebabkan kita umat Muslim menjadi murtad, keluar dari Islam, sungguh itu adalah hal yang sangat dimurkai Allah bahwa teladan erat kaitannya dengan keteguhan hati juga diperkuat dengan firman Allah SWT QS Huud/11 ayat 120 “Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”Bersandar pada ayat di atas, sejatinya kita diperintahkan agar belajar dari kisah atau cerita Rasul agar kita dapat memiliki keteguhan hati. Karena di dalam kisah-kisah Rasul tersebut terdapat kebenaran, pengajaran, dan peringatan bagi jauh berbeda, dalam QS Al-Qalam/68 ayat 4 juga diterangkan secara umum tentang makna teladanDan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang bahwa teladan Rasulullah itu berupa budi pekertinya, seperti sikap dan perbuatan Rasulullah SAW yang Amanah, Shiddiq, Tabligh, serta Fathanah. Diterangkan oleh Hamka, untuk mencapai sebuah keteguhan hati yang kuat itu sangat sulit karena banyak orang yang khususnya di masa Rasulullah SAW bergoncang pikirannya, berpenyakit jiwanya, pengecut, munafik, tidak berani tanggung jawab, bersedia hendak lari dari Badwi kembai ke dusun-dusun, tenggelam dalam ketakutan melihat dari jauh beta besarnya jumlah musuh yang akan menyerbu. Meski begitu keadaannya, masih ada lagi orang-orang yang mempunyai pendirian tetap, yang tidak putus harapan, tidak kehilangan akal, sebab mereka melihat sikap dan tingkah laku pemimpin besar mereka sendiri, Rasulullah QS Al-Ahzab ayat 21 ini Allah SWT memperingatkan orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi SAW. Rasulullah SAW adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah dan beliaupun mempunyai akhlak yang mulia. Jika ada keinginan alias bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia dan di akhirat, jalan yang bisa ditempuh adalah mencontoh dan mengikuti selesai sampai di sana, kalimat ¬uswatun hasanah juga mengandung implikasi peringatan, khususnya peringatan terhadap orang-orang munafik yang telah dijelaskan pada QS Al-Ahzab ayat sebelumnya ayat 20. Jadi, jika mereka tidak mengikuti teladan Rasulullah SAW maka sama saja mereka tidak bercita-cita untuk menjadi manusia yang baik, dan tidak bercita-cita untuk berbahagia hidup didunia dan berbicara dalam konteks perang Khandaq, ayat ini juga mencakup kewajiban atau anjuran meneladan Rasulullah. Ini karena Allah SWT telah mempersiapkan tokoh yang agung ini untuk menjadi teladan bagi semua manusia. Yang maha kuasa itu sendiri yang mendidik beliau. “Addabani Rabbi fa ahsana ta’dibi” Tuhanku mendidikku, maka sungguh baik hasil pendidikanku.Pakar tafsir dan hukum, al-Qurtubhi mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan, beliau wajib diteladani selama tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah anjuran. Sementara ulama berpendapat bahwa dalam persoalan-persoalan keduniaan, Rasulullah SAW telah menyerahkan sepenuhnya kepada para pakar dibidang masing-masing sehingga keteladanan terhadap beliau yang dibicarakan dalam ayat ini bukanlah dalam hal-hal yang berkaitan dengan soal-soal keduniaan. Jadi, meskipun meneladan itu adalah suatu kewajiban ataupun anjuran, jika seseorang ingin hidup bahagia dunia akhirat maka sudah semestinya ia meneladan Rasulullah meneladannya, otomatis di dunia kita akan menjadi sosok yang lebih penyabar dalam menghadapi suatu permasalahan soal keduniaan, jadi kita lebih bisa untuk berpikir realistis tanpa ego karena kita bisa menahan emosi atau keteladanan, ada pemilahan-pemilahan terperinci menyangkut ucapan/sikap Nabi SAW yang masing-masingnya patut kita teladani. Menurut Imam al-Qarafi, pemilahan-pemilahan tersebut sebagai berikutNabi dan RasulUcapan dan sikapnya pasti benar karena itu bersumber langsung dari Allah SWT atau merupakan penjelasan tentang maksud Allah SWT. Jadi, di sini perlu diperhatikan kalimat pasti benar dari ucapan atau sikap Nabi SAW. Karena kepastian yang datangnya dari Allah SWT baik secara langsung maupun berupa penjelasan itulah kita diperingatkan untuk meneladan keputusan sikap dan ucapannya Nabi seorang Mufti berkedudukan setingkat dengan butir pertama di atas karena fatwa beliau adalah berdasarkan atas pemahaman atas teks-teks keagamaan. Mufti diberi wewenang oleh Allah SWT untuk menjelaskannya. Setidaknya fatwa beliau sesuai dengan pernyataan Allah SWT dalam QS An-Nahl/16 ayat 44“Keterangan-keterangan mukjizat dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”Bertumpu pada dalil ini, fatwa-fatwa Rasulullah SAW berupa perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam Al Quran. Dan fatwa beliau berlaku umum bagi dalam hal ini, cara kita meneladan Rasulullah SAW senada dengan bagaimana cara kita agar dapat melaksanakan perintah-perintah Sunnah beliau, larangan-larangan yang telah tercantum dalam Al-Qur’an, hingga aturan-aturan yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Hakim Ketetapan hukum yang ditetapkan oleh hakim secara formal pasti benar tetapi secara material adakalanya keliru akibat kemampuan salah satu pihak yang berselisih menyembunyikan kebenaran atau kemampuannya berdalih dan mengajukan bukti-bukti palsu. Jadi, meneladan di sini dapat diwujudkan dengan menghindari perselisihan di antara kita dan tidak mengajukan bukti palsu. Karena, dengan kita berselisih dan mengajukan bukti-bukti palsu, berarti kita sama saja dengan orang-orang yang menentang kebenaran Rasulullah dan mempersulit beliau secara tidak MasyarakatTentu saja petunjuk-petunjuk beliau dalam hal kemasyarakatan disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan perkembangannya sehingga tidak tertutup kemungkinan lahirnya perbedaan tuntunan kemasyarakatan antara satu masyarakat dengan masyarakat SAW sendiri tidak jarang memberi petunjuk yang berbeda untuk sekian banyak orang yang berbeda dalam menyesuaikan antara masyarakat di daerah yang satu dengan daerah yang dari itu, tidak jarang pula ada ketetapan bagi masyarakatnya yang beliau ubah akibat perkembangan masyarakat itu, misalnya dalam sabda Rasulullah “saya pernah melarang kalian menziarahi kubur, kini silahkan menziarahinya”. Izin ini disebabkan kondisi masyarakat telah berbeda dengan kondisi mereka pada saat larangan itu ditetapkan. Termasuk pula hal-hal yang diperagakan beliau dalam kaitannya dengan budaya masyarakat di mana beliau hidup, seperti model pakaian, rambut, cara makan, dan lainnya. Alhasil, cara kepemimpinan Rasulullah SAW dalam membuat ketetapan perlu diperhatikan keadaan masyarakat itu sendiri, karena suatu ketetapan itu akan menjadi perubahan yang baru bagi masyarakat yang pribadi yang pertama adalah kekhususan. Kekhususan Rasulullah SAW yang tidak boleh dan atau tidak harus diteladani karena kekhususan tersebut berkaitan dengan fungsi beliau sebagai kebolehan menghimpun lebih dari empat orang istri dalam saat yang sama atau kewajiban shalat malam, atau larangan menerima zakat, dan lain kategori Pribadi yang kedua adalah Nabi Muhammad sebagai manusia terlepas dari kerasulannya. Hal tersebut dikenal juga dengan istilah aradul basyariyah. Misalnya dalam soal selera, tidur, hingga bagaimana sikap kita dalam meneladannya?Jika suatu perbuatan dinilai berkaitan dengan upaya mendekatkan diri kepada Allah, seperti membuka alas kaki ketika shalat, ia termasuk bagian yang jika tidak tampak adanya indikator bahwa hal tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, seperti menggunakan pakaian tertentu, misalnya sandal berwarna kuning, rambut gondrong, dan lain-lain, hal ini hanya menunjukkan bahwa yang demikian dapat diikuti, ia berstatus mubah. Lebih dari itu, bila ada yang mengikutinya dengan niat meneladan Nabi SAW, maka niat keteladanan itu mendapat ganjaran dari Allah tergapailah gagasan bahwasannya kita meneladan Nabi SAW utamanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bukan semata-mata ingin mendapat pujian atau agar dianggap orang mirip seperti Rasul, namun meniatkan keteladanan kita agar mendapat ganjaran dari Allah SWT dan mendapat safa’at dari Rasulullah SAW nanti diakhir zaman. Sejatinya, dengan kita meneladan Nabi Muhammad SAW, berarti kita telah mendapat hikmah manfaat sebagai berikutMenjauhkan diri dari sifat kemunafikanMenghindari kegoncangan hati dan pikiranSenantiasa akan memiliki keteguhan hatiMenjadi sosok yang lebih sabarMenjadi orang yang bertanggung jawab, teguh pendirian, jauh dari keputus asaan, dan lebih baik lagi dalam Mukmin dalam QS Al-Ahzab ayat 21 Secara Ijmaly, di dalam QS Al-Ahzab ayat 21 juga mengandung tiga kategori orang mukmin, yaitu orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut Ibnu Katsir, “orang” di sini maksudnya adalah orang mukmin, yaitu orang yang mengharapkan rahmat dan ridha Allah dan yang beriman kepada hari kiamat serta selalu ingat kepada Allah. Bagi orang mukmin, melihat orang-orang munafik bersekutu adalah sebuah ujian bagi mereka, dan keadaan itu akan menambah mantapnya iman dalam dada mereka dan penyerahan diri kepada Allah ini disandarkan pada QS Al-Ahzab ayat 22-nya“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”Sejatinya, orang mukmin yakin bahwa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya itu ialah kemenangan sesudah mengalami kesukaran. Pernyataan ini juga sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Insyirah/94 ayat 5-6Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada “sesudah kesulitan itu ada kemudahan” diulang dua kali. Jika kita tarik makna lebih dalam, maka makna pengulangan itu adalah sebuah penegasan dari Allah terkait kesulitan tersebut, dan Allah juga meyakinkan kepada orang mukmin bahwasannya pasti akan ada kemudahan. Makanya orang mukmin menganggap suatu kesulitan itu sebagai sebuah ujian yang datangnya kepada Allah, karena mereka yakin bahwa akan ada kemudahan pada akhirnya nanti. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita menganggap kesulitan dari Allah SWT sebagai ujian? Semoga yang sama juga dikemukakan Ahmad Mustafa Al-Maragi bahwasannya ketiga kategori di atas ditujukan kepada orang mukmin. Karena sesungguhnya norma-norma yang tinggi dan teladan yang baik itu telah ada pada diri Rasulullah SAW, itupun jika seandainya orang mukmin benar-benar menghendaki pahala dari Allah serta takut akan azab-Nya dihari semua orang memikirkan dirinya sendiri dan pelindung serta penolong ditiadakan. Dan, orang mukminlah yang selalu ingat kepada Allah SWT dengan ingatan yang banyak, sehingga seharusnya dengan ingat kepada Allah itulah yang membimbing orang mukmin untuk taat kepada-Nya dan mencontoh perbuatan-perbuatan Nabi jauh perbedaan, Dr. Hamka mengemukakan bahwa ketiga kategori yang ditujukan potongan ayat di atas adalah orang beriman. Semata-mata menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman harus disertai pengharapan, yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri adalah harapan akan Ridha Allah dan harapan akan kebahagiaan diakhirat. Jika tidak ingat kedua hal itu, atau jika hidup tidak mempunyai harapan, ia tidak ada artinya. Maka unutk memelihara iman dan harapan hendaklah banyak mengingat Allah SWT. Barang mudah mengatakan mengikuti teladan Rasul dan barang mudah untuk mengatakan beriman, karena perlu meminta latihan batin yang dalam sekali untuk dapat menjalankannya. Seumpama orang yang mengambil alasan menuruti Sunnah Rasul yang membolehkan laki-laki beristeri dari satu sampai berempat, tetapi jarang orang yang mengikuti ujung ayat, yaitu meneladan Rasul di dalam berlaku adil kepada umumnya orang mengakui umat Muhammad tetapi tidak mau mengerjakan peraturan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad seperti orang tua yang tidak mengajarkan dan menyuruh anaknya mengerjakan shalat lima waktu, padahal anaknya telah berusia lebih dari 10 tahun. Namun, orang tua itu tetap mengaku beriman. Contoh lain di zaman sekarang, misalnya remaja yang tidak bisa menjaga pandangan terhadap lawan jenis, sehingga berpacaran terlalu bebas. Tentu saja hal seperti itu dapat merusak akhlak anak muda karena sejak kecil tidak ditanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap Nabi Muhammad Baca Cara Menumbuhkembangkan Kecintaan kepada Nabi Muhammad SAWSumber-. 2006. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier 6. Surabaya Bina Ilmu. Vol. Ahmad Mustafa. 1992. Terjemahan Tafsir Al_Maragi. Semarang Toha Putra. Juz XXI, Cet – Suyuthi, Imam Jalaluddin. 2006. Terjemahan Tafsir Jalalain. Bandung Sinar Baru Algenindo. Cet-9. Jilid tt. Tafsir Al-Azhar. Jakarta Pustaka M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta Lentera Hati. Cetakan Kedua,Vol. 10.